Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berhati-hatilah dengan ucapan kita

Kata-kata yang kita ucapkan adalah kreatif sekaligus komunikatif. Dalam kapasitas kreatifnya, ucapan menjembatani pemikiran dan persoalan, dan seringkali memainkan peranan penting menentukan kenyataan. Jika lebih banyak orang mengetahui hal ini, kita akan jarang mendengarkan keluh-kesah seperti, "Saya benar-benar orang yang sembrono," "Memang bukan rezeki saya," atau "Saya tidak akan pernah dapat mempelajari walaupun bertahun-tahun lamanya." Pernyataan seperti, "Hal ini membuat saya gila," atau "Saya bisa saja membunuhnya!", akan menjadi jarang terdengar atau mengejutkan.


               Tentu saja kita tidak bermaksud melakukan apa yang kita ucapkan saat sedang emosi, tetapi alam bawah sadar kita tidak mengetahui itu. Orang memberi respons secara dramatis pada saat dihipnotis sehingga alam bawah sadar mereka menerimanya sebagai sesuatu yang nyata. Kita dapat memberi diri kita sendiri saran yang sama kuatnya seperti nasihat hipnotis dengan kata-kata kita sendiri. Oleh karena itu, lebih baik menghindari komponen-komponen verbal yang merusak diri sendiri seperti berikut ini :

               Ketidakbenaran: Sebagian besar dari kita tidak pernah berlatih bagaimana berdusta, tetapi kebenaran mutlak, sebagai sesuatu yang transformatif dan menyembuhkan itu sangat jarang ada. Saya tidak membicarakan mengenai hal-hal remeh dan kasar yang tidak membutuhkan kejujuran ("Saya harus jujur pada anda: Pakaian itu benar-benar jelek"). Melainkan kejujuran yang menjadi dasar untuk membentuk hidup menyenangkan yang berasal dari karakter dan keberanian. Hal itu dapat terlihat dalam kegiatan seperti meninggalkan pesan dengan nama dan nomor telepon yang jelas pada kaca depan mobil jika kita menyerempet sebuah mobil di tempat parkir. Juga dibutuhkan suatu bentuk kejujuran yang tujuannya jujur pada diri sendiri dalam mengakui kelemahan atas suatu masalah. Dengan begitu, kita dapat mengambil langkah-langkah tertentu untuk mengatasinya.

               Berlebihan: Melebih-lebihkan adalah cara yang paling umum dilakukan oleh orang jujur untuk berbohong. "Keuntungan kotor perusahaan saya tiga juta dolar tahun lalu" (2,2 tidak dapat dibulatkan menjadi 3). "Cucu saya telah pergi mengunjungi seluruh Eropa" (Paris dan Brussels bukanlah "seluruh Eropa"). Kebenaran tanpa bumbu-bumbu yang lain dapat mengungkapkan kemurnian dan integritas dari kebenaran itu sendiri dan dari orang yang mengucapkannya.


               Mutlak dan berlebihan : "Semua orang membenciku." "Saya tidak dapat melakukan apa-apa dengan benar." "Seluruh dunia telah pergi ke neraka dalam sekejap.' Jika anda menggunakan suatu kata yang mutlak dan berlebihan (misalnya, "segala sesuatu", "sepanjang waktu," "tidak pernah," dan "sempurna"), hanya tinggal sedikit yang dapat kita katakan. Kita mengatakan pada otak bahwa kasus telah ditutup dan tidak ingin membicarakannya lebih lanjut. Di samping itu, segala yang mutlak dan berlebihan jarang yang benar. Hampir tidak ada satu pun subjek yang disetujui oleh semua orang dan hanya sedikit kegiatan manusia yang bisa dikategorikan sebagai tidak pernah atau selalu.

               Merendahkan diri:  Hal ini dimulai dengan keinginan untuk rendah hati, tetapi menyangkal tanpa putus-putusnya terhadap diri sendiri dan kemampuan kita, serta tidak mengakui keberhasilan-keberhasilan sendiri, akan menjadikan diri kita seperti yang telah kita ramalkan. Jika berkata, "Saya betul-betul bodoh", ada orang yang mengatakan, "Ah, anda tidak begitu," tetapi alam bawah sadar dari dalam lebih kuat dari apa yang dikatakan oleh orang lain dari luar. Pikirkanlan baik-baik apa yang ingin kita katakan tentang diri sendiri. Kita tidak perlu menyombong. Namun katakanlah tentang diri sendiri dengan pertimbangan yang baik seperti saat kita berkata mengenai orang lain.


               Mengecilkan arti:  "Ah, itu bukan apa-apa," dan "Saya sebenarnya tidak sebaik itu" adalah ungkapan-ungkapan yang berbahaya. Katakan "Terima kasih" kalau orang memberikan pujian dan biarkanlah begitu. Dengarkan telepon dan pesan dari answering machine, dan dengarkan bagaimana orang mengecilkan dirinya sendiri, misalnya : "Saya hanya seorang pembersih rumah. Atau "Ini hanya ibumu." Hindari penggunaan kata "hanya" gunakan "tetapi". Misalnya kalimat berikut, "Dia bayi yang baik, tetapi dia tidak tidur sepanjang malam." atau "Saya mendapatkan pekerjaan ini, tetapi orang terakhir yang memiliki pekerjaan itu tidak dapat melakukannya dengan baik dan kemudian berhenti." Berbicara secara positif tentang kebaikan dalam hidup tidak akan membuat kita rugi.

               Kritik tanpa tujuan: Ini adalah cara merendahkan yang ditujukan pada orang lain dan biasanya terdengar seperti menolong. Jika merasa ingin sekali mengkritik, tunggu dulu. Berikanlah waktu 48 jam. Kemudian kita dapat mengetahui apakah keinginan kita agar ucapan itu berguna atau karena kita hanya ingin menyatakan pendapat. Ada beberapa situasi di mana kritik betul-betul dapat membangun. Untuk alasan yang sederhana, sebagian besar orang sudah mengetahui kekurangan-kekurangan mereka-seringkali sudah diperbaiki, diperluas, dan ditingkatkan dalam kehidupan yang lebih berwarna. Jika harus mengungkapkan suatu kekurangan orang lain, pusatkan perhatian penuh pada kelebihan orang itu.



               Berlaku seperti bunglon: Bunglon mengubah warnanya agar dapat menjaga diri. Manusia juga dapat melakukan hal itu, tetapi lebih menjadi seperti kadal. Jika kita ingin diterima, memang lebih mudah untuk mengubah pendapat kita agar sama seperti pendapat orang lain di sekitar kita, atau berbicara seperti mereka walau sebenarnya tidak sesuai dengan hidup kita. Berlatihlah untuk berdiplomasi jika dibutuhkan dan tetap baik di setiap kesempatan. Namun, jangan pernah mengubah inti dari diri sendiri untuk siapa pun. Kekaguman jauh lebih berharga jika itu berasal dari orang yang seringkali tidak sependapat dengan ide-ide kita tetapi menghargai siapa kita sebenarnya.

Posting Komentar untuk "Berhati-hatilah dengan ucapan kita"